Kamis, 14 Februari 2013

Pemuda dan Kemerdekaan


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
            Setelah tiga ratus tahun dijajah, sejarah mencatat bahwa pemuda memegang peranan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Baik secara perseorangan, maupun secara kelompok. Dalam perjuangan bangsa Indonesia,  pemuda adalah orang yang berumur antara 13 – 40 tahun. Dalam perjuangan, semangat dan jiwa mudalah yang dibutuhkan.
            Hampir setiap peristiwa perjuangan dipelopori oleh pemuda. Pemuda mempunyai peranan penting dalan sejarah di Indonesia. Contohnya adalah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang didorong dan digerakan oleh pemuda, Budi Utomo didirikan oleh pemuda, dan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang isinya adalah pengakuan bahwa bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu yaitu Indonesia. Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai peranan pemuda dalam usahanya mempersatukan Indonesia.

B.   Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, penulis menuliskan rumusan masalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana keadaan Indonesia selama penjajahan Belanda?
2.    Apa saja organisasi kepemudaan di Indonesia selama masa pergerakan?
3.    Apa peranan organisasi-organisasi kepemudaan?
4.    Bagaimana terjadinya Kongres Pemuda I dan Kongres Pemuda II?

C.   Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.    Mengetahui perjuangan pemuda dalam usahanya mencapai persatuan bangsa Indonesia.
2.    Mengetahui organisasi-organisasi yang dibentuk selama masa pergerakan nasional
3.    Mengetahui usaha-usaha pemuda dalam membentuk kongres
4.    Mengetahui isi dari sumpah pemuda
BAB II
PEMBAHASAN

            Penjajahan yang terjadi di bangsa-bangsa Asia dan Afrika menyebabkan anggapan bahwa ras kulit putih adalah penguasa dunia. Akan tetapi, di awal abad ke 20, anggapan itu mulai luntur. Setelah Jepang sebagai bangsa kulit berwarna memenangkan perang melawan Rusia pada tahun 1904-1905, mengakibatkan bangsa-bangsa kulit berwarna mulai yakin untuk bebas dari penjajahan bangsa-bangsa kulit putih. Rasa nasionalisme mereka pun menjadi kuat dan membuatnya untuk bangkit terlepas dari penjajahn bangsa kulit putih.
            Begitu juga yang terjadi di Indonesia. Sejak akhir abad ke 19, sebenarnya Indonesia sudah mulai bangkit. Sosok Kartini yang mengetahui adanya keburukan dan keterbelakangan masyarakat mencita-citakan diperbaikinya keadaan bangsa-bangsa Indonesia. Berikut ini akan dijelaskan gerakan-gerakan dari pemuda untuk menggapai persatuan bangsa Indonesia demi mengusir penjajah Belanda.

1.     Budi Utomo
            Satu tahun setelah Rusia dikalahkan oleh Jepang, dokter Wahidin Sudirohusodo telah mulai mengadakan propaganda untuk perluasan pengajaran di Jawa. Dengan dorongan dokter Wahidin Sudirohusodo pada tanggal 20 Mei 1908 didirikanlah perkumpulan Budi Utomo oleh dokter Sutomo sebagai perkumpulan modern pada waktu itu, yaitu perkumpulan yang mempunyai nama, pengurus, anggota, maksud dan tujuan serta rencana kerja. Tujuan Budi Utomo adalah kemajuan pengajaran, pertanian, perdagangan, teknik, industri, dan kebudayaan.
            Dengan didirikannya Budi Utomo pada tahun 1908, maka mulailah zaman baru di Indonesia, yaitu zaman pergerakan Indonesia. Dan hari lahir Budi Utomo dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Bahasa pengantar Budi Utomo adalah bahasa melayu.
Lahirnya Budi Utomo sebagai suatu perhimpunan politik kebangsaan Indonesia juga disusul dengan berdirinya partai-partai politik yang lain. Seperti Sarekat Islam, Indische Partij, Partai Komunis Indonesia, Partai Nasional Indonesia, dan masih banyak lagi. Lahirnya partai-partai politik tersebut juga diikuti berdirinya perkumpulan-perkumpulan pemuda di kalangan pelajar. Walaupun organisasi-organisasi pemuda ini masih bersifat kedaerahan, tetapi semangatnya berkobar-kobar, dan merupakan motor pergerakan pemuda di saat itu.

2.     Tri Koro Dharmo
Pada tanggal 7 Maret 1915, sebuah perkumpulan pelajar yang diberi nama Tri Koro Dharmo didirikan oleh pelajar sekolah kedokteran. Pendiri Tri Koro Dharmo adalah Satiman, Kadarman, Sunardi. Tri Koro Dharmo mempunyai arti  “Tiga Tujuan Mulia” yaitu “Menimbulkan pertalian-pertalian antara murid-murid bumiputera pada sekolah menengah dan kursus pengetahuan kejuruan menambah pengetahuan bagi anggota-anggotanya dan membangkitkan serta mempertajam perasaan buat segala bahasan dan kebudayaan. Anggota Tri Koro Dharmo kebanyakan berasal dari pelajar-pelajar Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam majalah Tri Koro Dharmo tahun ke 1 nomor 3 terbitan bulan Januari 1916 ia menyatakan bahwa Tri Koro Dharmo adalah sementara, artinya dikemudian hari Tri Koro Dharmo dapat dirubah menjadi perkumpulan-perkumpulan untuk pemuda Indonesia umumnya.   
Dalam kongresnya yang pertama di Solo pada tahun 1918, nama Tri Koro Dharmo diubah menjadi Jong Java. Maksud dari tujuan Jong Java adalah mencita-citakan persatuan Jawa raya dengan jalan mengadakan suatu ikatan yang baik murid-murid sekolah menengah, berusaha menambah kepandaian dan menimbulkan cinta akan kebudayaan sendiri. Hal ini diharapkan pelajar-pelajar lain yang berdasarkan kebudayaan Jawa yang lain, seperti Sunda, Madura, Bali akan masuk menjadi anggota-anggota Jong Java. Adapun tujuan dari Jong Java adalah sebagai berikut :
1.    Mengadakan latihan untuk calon-calon pemuka nasional.
2.    Memupuk cinta rasa tanah air harus menjadi dorongan, karena tanah air kekurangan pimpinan yang cakap.
3.    Berusaha untuk menarik perhatian umum pada perkembangan kebudayaan jawa.
4.    Mempertebal rasa persaudaraan diantara semua suku bangsa Indonesia yang hidup disini.
Jong Java yang didirikan pada tahun 1918 mendidik ribuan pelajar sebagai kader untuk menjadi pemimpin rakyat. Jong Java memegang prinsip akan mempersatukan seluruh pelajar Indonesia. Jong Java dimasa itu merupakan organisasi pemuda pelajar yang terbesar dan teroganisir dengan baik. Kegiatannya berkisar pada bidang sosial, kebudayaan dan teori politik, sehingga tidak mendapat rintangan dari pemerintahan Belanda.
Mengikuti jejak-jejak pelajar Jawa di Jakarta yang mendirikan perkumpulan Tri Koro Dharmo, maka pelajar-pelajar Sumatera yang ada di Jakarta di tahun 1917 mendirikan perkumpulan pemuda yang disebut Jong Sumatranen Bond, dalam bahasa Indonesia berarti Pemuda Sumatera. Jong Sumatranen Bond memiliki cabang-cabangnya di Padang dan Bukittinggi.
            Setelah itu pula, banyak didirikan perkumpulan-perkumpulan pemuda kedaerahan. Antara lain adalah Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Ambon, Sekar Roekoen, Pemuda Kaum Betawi, Jong Islamieten Bond.
Dalam mencapai sumpah pemuda, ada dua organisasi pemuda yang mempunyai peranan penting. Yaitu Perhimpunan Indonesia (PI) dan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI). Perhimpunan Indonesia yaitu organisasi mahasiswa-mahasiswaIndonesia yang belajar di Belanda dan berkedudukan di Belanda. Sedangkan Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia adalah organisasi mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang belajar di Jakarta dan Bandung, berkedudukan di Jakarta.

3.     Perhimpunan Indonesia
            Pada tahun 1908, di negeri Belanda dibentuklah suatu organisasi pelajar mahasiswa-mahasiswa Indonesia bernama Perhimpunan Indonesia (Indische Vereniging). Organisasi ini tidak mempunyai tujuan politik. Tetapi perkumpulan ini mengurus kepentingan-kepentingan orang-orang Indonesia yang ada di negeri Belanda di masa itu.
            Perkumpulan ini mempunyai arti penting, karena pelajar-pelajar Indonesia dari daerah atau pulau yang lain datangnya seperti mahasiswa-mahasiswa Minahasa, Ambon, Sunda, Madura, Jawa Sumatera, datang berkumpul dan saling bertemu di Perhimpunan Indonesia. Lebih lama, mereka saling bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa dari daerah yang lain. Sehingga rasa kesukuannya mulai memudar dan timbulah rasa kebangsaan “Indonesia” tanpa memandang rasa kesukuan. Dengan terbentuknya rasa nasionalisme di kalangan mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang belajar di Belanda, ternyata turut menentukan sejarah bangsa Indonesia sesudah zaman itu. Diwaktu Perang Dunia I hebat-hebatnya, Perhimpunan Indonesia terlihat kesadaran politiknya. Yaitu pada tulisan majalah mereka yang bernama Hindia Poetra di tahun 1916. Dengan prinsip bagi bangsa-bangsa terjajah untuk menentukan nasibnya sendiri (Wilson) berpengaruh baik bagi semangat perjuangan bangsa Indonesia.
            Di tahun 1917, Indische Vereniging mengadakan gabungan dengan organisasi-organisasi pelajar Cina dan Belanda yang kemudian akan bekerja di Indonesia, tetapi kerjasama ini tidak berlangsung lama. Karena mahasiswa-mahasiswa Indonesia ikut terpengaruh pernyataan dari Presiden Wilson.
            Mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari Ambon, Jawa, Sumatera, Manado dan yang lainnya lama kelamaan merasa berbangsa satu dan bertanah air satu, merasa mendapat dorongan yang kuat untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia setelah mereka memahami pernyataan Presiden Wilson tersebut. Semangat mereka menjadi bergelora dan berkeyakinan bahwa Belanda tidak akan melepaskan begitu saja Indonesia secara sukarela, dan kerena itu bangsa Indonesia sendirilah yang harus berjuang untuk mencapai kemerdekaan dan harus mengusir penjajah dari Indonesia.
            Pada tahun 1922, nama Indische Vereniging diubah namanya menjadi Indonesische Vereniging. Tujuan perjuangan dari Indonesische Vereniging tertulis dalam majalah Hindia Poetra, yaitu “Mengusahakan suatau pemerintahan untuk Indonesia yang bertanggungjawab hanya pada rakyat Indonesia semata-mata; bahwa hal yang demikian itu hanya akan dapat dicapai oleh orang Indonesia sendiri, bukan dengan pertolongan siapapun juga; bahwa segala jenis perpecahan tenaga haruslah dihindarkan supaya tujuan itu lekas tercapai”. Pada tahun 1924, terbitlah majalah Perhimpunan Indonesia, yaitu Indonesia Merdeka, yang kemudian sangat berpengaruh terhadap perjuangan bangsa Indonesia.
            Tokoh utama dalam Perhimpunan Indonesia pada waktu itu adalah Moh. Hatta, Subardjo, Sukiman, Sunario, Sartono, Ali Sastroamidjojo, Iskak, Samsi, Budiarto, Moh. Nazif, Iwa Kusumasumantri, Mononutu, Sutan Sjahrir, Nazir Pamuntjak, dan masih banyak lagi. Tokoh-tokoh tersebut kemudian memegang peranan penting dalam perjuangan kemerdekaan nasional, dalam pemerintahan Republik Indonesia merdeka dan dalam partai-partai politik.
            Setelah itu, Perhimpunan Indonesia melakukan propaganda ke Indonesia dan dunia Internasional. Propaganda di dunia Internasional bertujuan agar dunia Internasional mengetahui bahwa bangsa Indonesia juga menghendaki kemerdekaan nasional, dan menetralisasikan propaganda Belanda yang menyatakan kepada dunia seolah-olah bangsa Indonesia tidur nyenyak dan tidak berjuang untuk mencapai kemerdekaan. Propaganda di dunia Internasional menghasilkan bantuan moral dan pemimpin-pemimpin mahasiswa Indonesia dapat pula mengadakan kerjasama dengan pejuang-pejuang nasionalis dari India, Vietnam dan Negara-negara terjajah lainnya.
            Dalam propagandanya ke Indonesia, Perhimpunan Indonesia melakukannya dengan menggunakan majalah perkumpulan yang bernama Indonesia Merdeka, melalui orang-orang yang pergi bercuti ke Belanda, melalui penghubung-penghubung, dan melalui mahasiswa-mahasiswa yang menamatkan belajarnya di negeri Belanda dan pulang ke tanah air. Propaganda-propaganda ini menuai sukses besar sebab mahasiswa, pemuda-pemuda, kaum terpelajar dan sebagainya banyak dijiwai oleh cita-cita Perhimpunan Indonesia. Pengaruh nyata terlihat pada perkembangan pergerakan nasional Indonesia, termasuk pergerakan pemuda-pemuda di tahun-tahun sesudah 1925.

4.     Kongres Pemuda Indonesia I (30 April-2 Mei 1926)
            Dengan mulai tumbuhnya rasa nasionalisme yang diawal dari Tri Koro Dharmo (yang kemudian berganti nama menjadi Jong Java), pemuda-pemuda pelajar mahasiswa Indonesia bertekad untuk melepaskan Indonesia dari penjajahan Belanda. Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya organisasi-organisasi kepemudaan, walaupun masih dalam tingkat daerah.
             Dalam kongres yang dilakukan pertama kali di Solo pada tahun 1918, Jong Java memutuskan menyetujui prinsip untuk mengadakan kerjasama dengan organisasi-organisasi kepemudaan yang lain, dengan maksud memperjuangkan kepentingan Indonesia.
            Dalam kongres Jong Java ke 8 di Bandung 1925-1926 memutuskan lagi tentang persatuan yang dimasukan kedalam anggaran dasar pasal 3, yang setelah kongres berbunyi sebagai berikut :
            “Jong Java bertujuan untuk mepersiapkan anggota-anggotanya untuk membantu pembentukan Jawa Raya dan untuk memupuk rasa kesadaran bersatu dalam diri masyarakat Indonesia seluruhnya demi tercapainya Indonesia Merdeka”
            Semenjak itu, organisasi-organisasi pemuda kedaerahan yang lain serta mahasiswa-mahasiswa Indonesia di Jakarta secara resmi mendirikan Perkumpulan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) sesudah kongres pemuda yang pertama pada tahun 1926.
            Ditambah dengan propaganda-propaganda yang hebat dari Perhimpunan Indonesia di Belanda yang sejak tahun 1925 mendengung-dengungkan persatuan bangsa sebagai syarat utama untuk mencapai sukses dalam perjuangan menggapai kemerdekaan. Kongres Pemuda I pada tanggal 30 April-2 Mei 1926 yang dipimpin oleh M. Tabrani bertujuan untuk :
1.    Memajukan paham persatuan kebangsaan
2.    Mengeratkan hubungan antara semua perkumpulan pemuda kebangsaan
Kongres Pemuda I yang dihadiri oleh wakil-wakil perkumpulan pemuda antara lain Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Roekoen, Jong Islamieten Bond, Studerende Minahasers, Jong Batak, dan Pemuda Kaum Theosofie.
Di dalam kongres tersebut diucapkan pidato-pidato, antara lain berjudul “Indonesia Bersatu” oleh seorang pemuda. Isi “Indonesia Bersatu” antara lain anjuran kepada para pemuda untuk meresapkan cita-cita Indonesia Raya. Dan untuk mencapai Indonesia Raya pemuda harus menjauhkan kepentingan pribadi dan golongan.
Muhammad Yamin juga menyampaikan sebuah pidato tentang “Kemungkinan-kemungkinan untuk bahasa dan kesusasteraan Indonesia  dikemudian hari”. Di situ M. Yamin menganjurkan agar bahasa Melayu dianggap sebagai bahasa bangsa Indonesia. Selain itu juga dibicarakan mengenai agama, yaitu “Kewajiban agama dalam pergerakan kebangsaan”. Isinya adalah anjuran agar bersikap toleran terhadap agama lain.
Walaupun Kongres Pemuda I ini belum berhasil mempersatukan pemuda Indonesia, tetapi pemuda-pemuda tersebut mengakui rasa persatuan Indonesia. Meskipun masih terdapat perbedaan sosial dan kesukuan.  

5.     Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia
Mahasiswa adalah pemuda pelajar yaitu pemuda yang sedang belajar. Pemuda adalah harapan bangsa dan didalam sejarah pergerakan nasional Indonesia, pemuda adalah eksponen perjuangan nasional. Pada umumnya mempunyai sifat gembira, pemberani, dan sering merupakan pelopor dalam perjuangan. Sebagai pemuda yang sedang belajar, mahasiswa mempunyai kesempatan dan tenaga untuk menyelidiki dan kemudian mengetahui keadaan yang sebenarnya.
            Diketahuinya oleh mahasiswa-mahasiswa kenyataan bahwa di Indonesia sebagai tanah jajahan diwaktu itu terdapat pertentangan kepentingan antara kaum penjajah dan rakyat Indonesia. Kaum penjajah memperkuat kedudukannya, untuk mengambil segala hasil alam Indonesia untuk dibawa ke Belanda, sedangkang bangsa Indonesia harus berjuang menentukan nasib sendiri dan menggunakan tanah airnya bagi kepentingan bangsa Indonesia sendiri. Mahasiswa-mahasiswa tersebut menyebutnya pertentangan dengan Antithese Kolonial.
            PPPI berpendapat bahwa antithese kolonial dapat hapus jika penjajahan Belanda juga hapus. Karena itu, bangsa Indonesia harus berjuang untuk menghapuskan penjajahan yang berarti bahwa bangsa Indonesia harus berjuang untuk Indonesia Merdeka. Anggota PPPI harus dididik untuk menjadi pemimpin-pemimpin rakyat yang bertugas menyiapkan Indonesia merdeka. PPPI berpendapat bahwa jiwa kedaerahan harus dilenyapkan karena jiwa kedaerahan hanya akan memperlemah persatuan. Untuk itu, PPPI lebih dahulu mengusahakan adanya persatuan di kalangan pemuda. Tokoh-tokoh PPPI antara lain adalah Sigit, Sugondo, Suwiryo, S. Reksodipuro, Muh. Yamin, AK Gani, Tamzil, Sunarko, Sumanang, Amir Syarifudin.
           
6.     Pemuda Indonesia
            Sesuai dengan program kerja Perhimpunan Indonesia di Belanda, maka beberapa anggota Perhimpunan Indonesia yang telah menyelesaikan belajarnya di Belanda dan pulang ke Indonesia membawa bekal dan instruksi dari Perhimpunan Indonesia untuk memperjuangkan cita-cita Perhimpunan Indonesia seperti keputusan pada tahun 1925. Anggota PI yang pulang pada tahun 1925-1926 antara lain adalah Sartono SH, Sunario SH, Iskak SH, Budiarto SH, Wirjono SH, semuanya adalah ahli hukum.
            Sebagai pemuda Indonesia yang mendapat didikan politik di lingkungan Perhimpunan Indonesia, dan berbekal pedoman-pedoman PI seperti yang diputuskan di tahun 1925, pemuda-pemuda tersebut bergerak dan mulai mendorong didirikannya perkumpulan pemuda atas dasar kebangsan nasional Indonesia. Pendorong atas perkumpulan tersebut antara lain adalah Sartono SH, Sunario SH, Ir Soekarno, Ir Anwari (sebelum mendirikan PNI).
            Perkumpulan yang didirikan pada tanggal 20 Februari 1927 dinamakan Jong Indonesia yang didasarkan pada kebangsaan nasional Indonesia, yang berazaskan kesatuan dan karena itu landasannya adalah unitarisme. Tujuan dari Jong Indonesia adalah memperluas dan memperkuat ide persatuan nasional Indonesia di kalangan pemuda Indonesia.

7.     Kongres Pemuda Indonesia II (27-28 Oktober 1928)
Tahun 1928 merupakan tahun baik bagi bangsa Indonesia. Rasa kebangsaan Indonesia, rasa bahwa orang Sumatera, Sulawesi, Ambon, Madura, Bali, Timor, Sunda, Jawa merupakan satu bangsa yang besar yaitu bangsa Indonesia. Rasa bangga, rasa telah menemukan diri sendiri, rasa memiliki cita-cita tinggi diwaktu itu, yaitu Indonesia Merdeka, yang semuanya adalah hasil propaganda Perhimpunan Indonesia, PPPI, PNI telah mencekam rakyat Indonesia yang pada waktu itu masih dijajah Belanda.
Propaganda yang dilakukan PNI yang menggunakan bahasa Indonesia pada waktu itu sebagai bahasa persatuan bercita-citakan Indonesia merdeka sebagai tanah air bersama untuk bangsa Indonesia yang tidak membede-bedakan suku. Bahasa melayu yang kemudian dinamakan bahasa Indonesia dari tahun ke tahun telah mendesak bahasa Belanda dan bahasa daerah untuk dipakai sebagai pengantar dalam partai-partai, organisasi-organisasi.
Ditambah lagi dengan dibentuknya badan persatuan partai-partai politik PPPKI pada bulan desember 1927 sebagai federasi PNI, PSI, Budi Utomo, Pasundan, Kaum Betawi, Sumatranen Bond dan Studie-studieclub, maka jiwa persatuan pun memenuhi udara politik di tahun 1928. Pada akhirnya dibentuklah dibentuklah Panitia Kongres Pemuda II yang akan mengadakan rapat-rapat terbuka dan ceramah yang menganjurkan dan menguatkan rasa persatuan. Pada bulan Juli 1928 dibentuklah panitia kongres sebagai berikut :
Ketua                         : Soegondo Djojopuspito dari PPPI
Wakil Ketua              : Djoko Marsaid dari Jong Java
Sekretaris                  : Muhammad Yamin dari Jong Sumatranen Bond
Bendahara                : Amir Syarifudin dari Jong Bataks Bond
Pembantu I               : Djohan Muh. Tjai dari Jong Islamieten Bond
Pembantu II              : Kotjosoengkono dari Pemuda Indonesia
Pembantu III             : Senduk dari Jong Celebes
Pembantu IV             : J. Leimena dari Jong Ambon
Pembantu V              : Rohyani dari Pemuda Kaum Betawi
Dalam menghadapi kongres ini, panitia selalu mendapat bantuan dan nasehat-nasehat dari tokoh-tokoh yang lebih tua. Antara lain adalah Sartono, SH; M. Nazif, SH; A.I.Z. Mononutu; dan Sunario, SH; yang kesemuanya adalah kader-kader dari perhimpunan Indonesia. Sedangkan acara dari Kongres Pemuda II adalah sebagai berikut :
KERAPATAN (CONGRES) PEMOEDA PEMOEDI INDONESIA
Di Welteveden (Djakarta)
27-28 Oktober 1928
Rapat Pertama :
27 Oktober 1928, malam Minggu 07.30-11.30 di gedoeng Katholieke Jongelingen Bond, Waterlooplein.
1.    Membuka Kerapatan oleh toean Soegondo.
2.    Menerima salam dan menyoekai kerapatan
3.    Dari hal Persatoean dan Kebangsaan Indonesia, oleh Moeh. Jamin.
Rapat Kedoea :
28 Oktober 1928, hari minggu 08.00-12.00 di Oost Java Bioscoop, Koningsplein Noord. Membitjarakan perkara pendidikan oleh :
Mej. Poernomowoelan
t. S. Mangoensarkoro
t. Djokosarwono
t. Ki Hadjar Dewantoro

            Rapat Ketiga :
28 Oktober 1928 malam Senen 05.30-07.30 di Gedoeng Indonesisch Clubhuis Kramat 106
1.    Arak-arakan Pandoe (Padvinderij)
2.    Dari hal pergerakan Pandoe, oleh T. Ramelan
3.    Pergerakan Pemoeda Indonesia dan Pergerakan Pemoeda di Tanah Loearan, oleh T. Mr. Soenario
4.    Mengambil Kepoetoesan
5.    Menoetoep kerapatan
Yang diundang untuk menghadiri kongres adalah semua perkumpulan pemuda dan mahasiswa serta perkumpulan kaum dewasa atau partai politik. Dalam kongres ini ada 750 tamu undangan yang hadir. Yang terdiri dari wakil-wakil PPPI, Jong Java, Jong Islamieten Bond, Jong Bataks, Jong Cekebes, Jong Ambon, Pemuda Indonesia, Pemuda Kaum Betawi. Dari pihak dewasa, diwakili oleh PNI, PPPKI, Budi Utomo, PAPI, PSI, Indonesische Club, Pasundan dan Persatuan Minahasa. Anggota Dewan Rakyat (Volksraad) yang hadir adalah Suryono dan Sukowati. Wakil Pemerintahan Belanda yang hadir adalah Dr. Pyper, dan Van der Plas. Dari pers yang hadir adalah Saerun wakil dari surat kabar Keng Po, W.R. Supratman. Polisi Belanda hadir dengan menggunakan senjata yang lengkap.
Setelah beberapa kali rapat, akhirnya rapat ketiga menghasilkan suatu keputusan. Keputusan yang sampai saat ini kita sebut sebagai sumpah pemuda. Sebelum dibacakan keputusan tersebut oleh ketua kongres, telah diperdengarkan lagu Indonesia Raya karya W.R. Supratman, tetapi tidak sama liriknya. Setelah lagu Indonesia Raya diperdengarkan, ketua kongres membacakan putusan kongres sebagai berikut.
POETOESAN CONGRES
PEMOEDA PEMOEDI INDONESIA
Kerapatan pemoeda-pemoedi Indonesia diadakan oleh perkoempoelan-perkoempoelan Indonesia jang berdasarkan kebangsaan, dengan namanja Jong Java, Jong Soematra (Pemoeda Soematra), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten Bond, Jong Celebes, Pemoeda Kaum Betawi, dan Perhimpunan Peladjar-Peladjar Indonesia;
Memboeka rapat pada tanggal 27 dan 28 Oktober tahoen 1928 di negeri Djakarta;
Sesoedahnja mendengar pidato-pidato pembitjaraan jang diadakan dalam kerapatan tadi;
Sesoedah menimbang segala isi-isi pidato-pidato dan pembitjaraan ini;
Kerapatan laloe mengambil kepoetoesan :
Pertama         : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA
Kedua                        : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA
Ketiga             : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA
            Setelah mendengar poetoesan ini kerapatan mengeloearkan kejakinan azas ini wadjib dipakai oleh segala perkoempoelan kebangsaan Indonesia.
            Mengeloarkan kejakinan persatoean Indonesia diperkoeat dengan memperhatikan dasar persatoeannja :
            KEMAOEAN
            SEDJARAH
            BAHASA
            HOEKOEM ADAT
            PENDIDIKA DAN KEPANDOEAN
Dan mengeluarkan pengaharapan soepaja poetoesan ini disiarkan dalam segala soerat kabar dan dibatjakan dimoeka rapat perkoempoelan-perkoempoelan.

            Putusan kongres inilah yang kemudian disebut dengan “Sumpah Pemuda” yang akan menjiwai pemuda dan bangsa sepanjang masa. Dengan sumpah pemuda ini, perjuangan pemuda menginjak zaman baru yaitu zaman persatuan bangsa Indonesia, yang konsekuensinya sangat berat. Karena menghadapi berbagai pukulan-pukulan Belanda yang takut dan panic menghadapi persatuan Indonesia.



BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Penjajahan Belanda terhadap Indonesia mengakibatkan penderitaan baik fisik maupun mental. Meskipun telah melakukan perlawanan, perlawanan tersebut masih bersifat kedaerahan. Sehingga perlawanan mudah dipatahkan oleh Belanda. Pergerakan nasional Indonesia yang dicetuskan oleh para pemuda membawa  angin segar untuk persatuan bangsa Indonesia.
Tampilnya pemuda dalam usahanya mempersatukan bangsa merupakan hal yang positif dalam usaha perjuangan mengusir penajajah dari tanah air. Dengan cara membentuk organisasi-organisasi kepemudaan, pelan tapi pasti rasa persatuan bangsa Indonesia mulai muncul dalam diri pemuda Indonesia saat itu. Walaupun mendapat tantangan yang berat dari Belanda, tidaklah membuat hal tersebut goyah dalam dada pemuda. Puncaknya adalah ketika kongres pemuda yang kedua. Putusan rapat tersebut, yang hingga kini disebut sebagai Sumpah Pemuda, yang menjiwai perjuangan pemuda Indonesia sepanjang masa. Semenjak itu, perjuangan bangsa Indonesia bukanlah perjuangan yang kedaerahan lagi seperti dahulu. Tetapi perjuangannya sudah bersifat nasional, yang pastinya mendapat tantangan yang berat berupa pukulan-pukulan dari Belanda.
Walaupun kemerdekaan telah kita rasakan selama 66 tahun, bangsa ini membutuhkan perjuangan-perjuangan pemuda untuk berkarya demi mencapai kemajuan. Dan yang paling penting, untuk menjadi sebuah Negara yang besar, janganlah pernah sekali-kali melupakan sejarah. 



DAFTAR PUSTAKA

45 Tahun Sumpah Pemuda. Jakarta : Yayasan Gedung-Gedung Bersejarah 1973
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Soegondo Djojopuspito Hasil Karya dan Pengabdiannya. Jakarta : CV. Ilham Bangun Karya
Ricklefs, M.C. 1998. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press


           

  
           

Pemuda dan Kemerdekaan


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
            Setelah tiga ratus tahun dijajah, sejarah mencatat bahwa pemuda memegang peranan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Baik secara perseorangan, maupun secara kelompok. Dalam perjuangan bangsa Indonesia,  pemuda adalah orang yang berumur antara 13 – 40 tahun. Dalam perjuangan, semangat dan jiwa mudalah yang dibutuhkan.
            Hampir setiap peristiwa perjuangan dipelopori oleh pemuda. Pemuda mempunyai peranan penting dalan sejarah di Indonesia. Contohnya adalah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang didorong dan digerakan oleh pemuda, Budi Utomo didirikan oleh pemuda, dan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang isinya adalah pengakuan bahwa bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu yaitu Indonesia. Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai peranan pemuda dalam usahanya mempersatukan Indonesia.

B.   Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, penulis menuliskan rumusan masalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana keadaan Indonesia selama penjajahan Belanda?
2.    Apa saja organisasi kepemudaan di Indonesia selama masa pergerakan?
3.    Apa peranan organisasi-organisasi kepemudaan?
4.    Bagaimana terjadinya Kongres Pemuda I dan Kongres Pemuda II?

C.   Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.    Mengetahui perjuangan pemuda dalam usahanya mencapai persatuan bangsa Indonesia.
2.    Mengetahui organisasi-organisasi yang dibentuk selama masa pergerakan nasional
3.    Mengetahui usaha-usaha pemuda dalam membentuk kongres
4.    Mengetahui isi dari sumpah pemuda
BAB II
PEMBAHASAN

            Penjajahan yang terjadi di bangsa-bangsa Asia dan Afrika menyebabkan anggapan bahwa ras kulit putih adalah penguasa dunia. Akan tetapi, di awal abad ke 20, anggapan itu mulai luntur. Setelah Jepang sebagai bangsa kulit berwarna memenangkan perang melawan Rusia pada tahun 1904-1905, mengakibatkan bangsa-bangsa kulit berwarna mulai yakin untuk bebas dari penjajahan bangsa-bangsa kulit putih. Rasa nasionalisme mereka pun menjadi kuat dan membuatnya untuk bangkit terlepas dari penjajahn bangsa kulit putih.
            Begitu juga yang terjadi di Indonesia. Sejak akhir abad ke 19, sebenarnya Indonesia sudah mulai bangkit. Sosok Kartini yang mengetahui adanya keburukan dan keterbelakangan masyarakat mencita-citakan diperbaikinya keadaan bangsa-bangsa Indonesia. Berikut ini akan dijelaskan gerakan-gerakan dari pemuda untuk menggapai persatuan bangsa Indonesia demi mengusir penjajah Belanda.

1.     Budi Utomo
            Satu tahun setelah Rusia dikalahkan oleh Jepang, dokter Wahidin Sudirohusodo telah mulai mengadakan propaganda untuk perluasan pengajaran di Jawa. Dengan dorongan dokter Wahidin Sudirohusodo pada tanggal 20 Mei 1908 didirikanlah perkumpulan Budi Utomo oleh dokter Sutomo sebagai perkumpulan modern pada waktu itu, yaitu perkumpulan yang mempunyai nama, pengurus, anggota, maksud dan tujuan serta rencana kerja. Tujuan Budi Utomo adalah kemajuan pengajaran, pertanian, perdagangan, teknik, industri, dan kebudayaan.
            Dengan didirikannya Budi Utomo pada tahun 1908, maka mulailah zaman baru di Indonesia, yaitu zaman pergerakan Indonesia. Dan hari lahir Budi Utomo dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Bahasa pengantar Budi Utomo adalah bahasa melayu.
Lahirnya Budi Utomo sebagai suatu perhimpunan politik kebangsaan Indonesia juga disusul dengan berdirinya partai-partai politik yang lain. Seperti Sarekat Islam, Indische Partij, Partai Komunis Indonesia, Partai Nasional Indonesia, dan masih banyak lagi. Lahirnya partai-partai politik tersebut juga diikuti berdirinya perkumpulan-perkumpulan pemuda di kalangan pelajar. Walaupun organisasi-organisasi pemuda ini masih bersifat kedaerahan, tetapi semangatnya berkobar-kobar, dan merupakan motor pergerakan pemuda di saat itu.

2.     Tri Koro Dharmo
Pada tanggal 7 Maret 1915, sebuah perkumpulan pelajar yang diberi nama Tri Koro Dharmo didirikan oleh pelajar sekolah kedokteran. Pendiri Tri Koro Dharmo adalah Satiman, Kadarman, Sunardi. Tri Koro Dharmo mempunyai arti  “Tiga Tujuan Mulia” yaitu “Menimbulkan pertalian-pertalian antara murid-murid bumiputera pada sekolah menengah dan kursus pengetahuan kejuruan menambah pengetahuan bagi anggota-anggotanya dan membangkitkan serta mempertajam perasaan buat segala bahasan dan kebudayaan. Anggota Tri Koro Dharmo kebanyakan berasal dari pelajar-pelajar Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam majalah Tri Koro Dharmo tahun ke 1 nomor 3 terbitan bulan Januari 1916 ia menyatakan bahwa Tri Koro Dharmo adalah sementara, artinya dikemudian hari Tri Koro Dharmo dapat dirubah menjadi perkumpulan-perkumpulan untuk pemuda Indonesia umumnya.   
Dalam kongresnya yang pertama di Solo pada tahun 1918, nama Tri Koro Dharmo diubah menjadi Jong Java. Maksud dari tujuan Jong Java adalah mencita-citakan persatuan Jawa raya dengan jalan mengadakan suatu ikatan yang baik murid-murid sekolah menengah, berusaha menambah kepandaian dan menimbulkan cinta akan kebudayaan sendiri. Hal ini diharapkan pelajar-pelajar lain yang berdasarkan kebudayaan Jawa yang lain, seperti Sunda, Madura, Bali akan masuk menjadi anggota-anggota Jong Java. Adapun tujuan dari Jong Java adalah sebagai berikut :
1.    Mengadakan latihan untuk calon-calon pemuka nasional.
2.    Memupuk cinta rasa tanah air harus menjadi dorongan, karena tanah air kekurangan pimpinan yang cakap.
3.    Berusaha untuk menarik perhatian umum pada perkembangan kebudayaan jawa.
4.    Mempertebal rasa persaudaraan diantara semua suku bangsa Indonesia yang hidup disini.
Jong Java yang didirikan pada tahun 1918 mendidik ribuan pelajar sebagai kader untuk menjadi pemimpin rakyat. Jong Java memegang prinsip akan mempersatukan seluruh pelajar Indonesia. Jong Java dimasa itu merupakan organisasi pemuda pelajar yang terbesar dan teroganisir dengan baik. Kegiatannya berkisar pada bidang sosial, kebudayaan dan teori politik, sehingga tidak mendapat rintangan dari pemerintahan Belanda.
Mengikuti jejak-jejak pelajar Jawa di Jakarta yang mendirikan perkumpulan Tri Koro Dharmo, maka pelajar-pelajar Sumatera yang ada di Jakarta di tahun 1917 mendirikan perkumpulan pemuda yang disebut Jong Sumatranen Bond, dalam bahasa Indonesia berarti Pemuda Sumatera. Jong Sumatranen Bond memiliki cabang-cabangnya di Padang dan Bukittinggi.
            Setelah itu pula, banyak didirikan perkumpulan-perkumpulan pemuda kedaerahan. Antara lain adalah Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Ambon, Sekar Roekoen, Pemuda Kaum Betawi, Jong Islamieten Bond.
Dalam mencapai sumpah pemuda, ada dua organisasi pemuda yang mempunyai peranan penting. Yaitu Perhimpunan Indonesia (PI) dan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI). Perhimpunan Indonesia yaitu organisasi mahasiswa-mahasiswaIndonesia yang belajar di Belanda dan berkedudukan di Belanda. Sedangkan Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia adalah organisasi mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang belajar di Jakarta dan Bandung, berkedudukan di Jakarta.

3.     Perhimpunan Indonesia
            Pada tahun 1908, di negeri Belanda dibentuklah suatu organisasi pelajar mahasiswa-mahasiswa Indonesia bernama Perhimpunan Indonesia (Indische Vereniging). Organisasi ini tidak mempunyai tujuan politik. Tetapi perkumpulan ini mengurus kepentingan-kepentingan orang-orang Indonesia yang ada di negeri Belanda di masa itu.
            Perkumpulan ini mempunyai arti penting, karena pelajar-pelajar Indonesia dari daerah atau pulau yang lain datangnya seperti mahasiswa-mahasiswa Minahasa, Ambon, Sunda, Madura, Jawa Sumatera, datang berkumpul dan saling bertemu di Perhimpunan Indonesia. Lebih lama, mereka saling bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa dari daerah yang lain. Sehingga rasa kesukuannya mulai memudar dan timbulah rasa kebangsaan “Indonesia” tanpa memandang rasa kesukuan. Dengan terbentuknya rasa nasionalisme di kalangan mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang belajar di Belanda, ternyata turut menentukan sejarah bangsa Indonesia sesudah zaman itu. Diwaktu Perang Dunia I hebat-hebatnya, Perhimpunan Indonesia terlihat kesadaran politiknya. Yaitu pada tulisan majalah mereka yang bernama Hindia Poetra di tahun 1916. Dengan prinsip bagi bangsa-bangsa terjajah untuk menentukan nasibnya sendiri (Wilson) berpengaruh baik bagi semangat perjuangan bangsa Indonesia.
            Di tahun 1917, Indische Vereniging mengadakan gabungan dengan organisasi-organisasi pelajar Cina dan Belanda yang kemudian akan bekerja di Indonesia, tetapi kerjasama ini tidak berlangsung lama. Karena mahasiswa-mahasiswa Indonesia ikut terpengaruh pernyataan dari Presiden Wilson.
            Mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari Ambon, Jawa, Sumatera, Manado dan yang lainnya lama kelamaan merasa berbangsa satu dan bertanah air satu, merasa mendapat dorongan yang kuat untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia setelah mereka memahami pernyataan Presiden Wilson tersebut. Semangat mereka menjadi bergelora dan berkeyakinan bahwa Belanda tidak akan melepaskan begitu saja Indonesia secara sukarela, dan kerena itu bangsa Indonesia sendirilah yang harus berjuang untuk mencapai kemerdekaan dan harus mengusir penjajah dari Indonesia.
            Pada tahun 1922, nama Indische Vereniging diubah namanya menjadi Indonesische Vereniging. Tujuan perjuangan dari Indonesische Vereniging tertulis dalam majalah Hindia Poetra, yaitu “Mengusahakan suatau pemerintahan untuk Indonesia yang bertanggungjawab hanya pada rakyat Indonesia semata-mata; bahwa hal yang demikian itu hanya akan dapat dicapai oleh orang Indonesia sendiri, bukan dengan pertolongan siapapun juga; bahwa segala jenis perpecahan tenaga haruslah dihindarkan supaya tujuan itu lekas tercapai”. Pada tahun 1924, terbitlah majalah Perhimpunan Indonesia, yaitu Indonesia Merdeka, yang kemudian sangat berpengaruh terhadap perjuangan bangsa Indonesia.
            Tokoh utama dalam Perhimpunan Indonesia pada waktu itu adalah Moh. Hatta, Subardjo, Sukiman, Sunario, Sartono, Ali Sastroamidjojo, Iskak, Samsi, Budiarto, Moh. Nazif, Iwa Kusumasumantri, Mononutu, Sutan Sjahrir, Nazir Pamuntjak, dan masih banyak lagi. Tokoh-tokoh tersebut kemudian memegang peranan penting dalam perjuangan kemerdekaan nasional, dalam pemerintahan Republik Indonesia merdeka dan dalam partai-partai politik.
            Setelah itu, Perhimpunan Indonesia melakukan propaganda ke Indonesia dan dunia Internasional. Propaganda di dunia Internasional bertujuan agar dunia Internasional mengetahui bahwa bangsa Indonesia juga menghendaki kemerdekaan nasional, dan menetralisasikan propaganda Belanda yang menyatakan kepada dunia seolah-olah bangsa Indonesia tidur nyenyak dan tidak berjuang untuk mencapai kemerdekaan. Propaganda di dunia Internasional menghasilkan bantuan moral dan pemimpin-pemimpin mahasiswa Indonesia dapat pula mengadakan kerjasama dengan pejuang-pejuang nasionalis dari India, Vietnam dan Negara-negara terjajah lainnya.
            Dalam propagandanya ke Indonesia, Perhimpunan Indonesia melakukannya dengan menggunakan majalah perkumpulan yang bernama Indonesia Merdeka, melalui orang-orang yang pergi bercuti ke Belanda, melalui penghubung-penghubung, dan melalui mahasiswa-mahasiswa yang menamatkan belajarnya di negeri Belanda dan pulang ke tanah air. Propaganda-propaganda ini menuai sukses besar sebab mahasiswa, pemuda-pemuda, kaum terpelajar dan sebagainya banyak dijiwai oleh cita-cita Perhimpunan Indonesia. Pengaruh nyata terlihat pada perkembangan pergerakan nasional Indonesia, termasuk pergerakan pemuda-pemuda di tahun-tahun sesudah 1925.

4.     Kongres Pemuda Indonesia I (30 April-2 Mei 1926)
            Dengan mulai tumbuhnya rasa nasionalisme yang diawal dari Tri Koro Dharmo (yang kemudian berganti nama menjadi Jong Java), pemuda-pemuda pelajar mahasiswa Indonesia bertekad untuk melepaskan Indonesia dari penjajahan Belanda. Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya organisasi-organisasi kepemudaan, walaupun masih dalam tingkat daerah.
             Dalam kongres yang dilakukan pertama kali di Solo pada tahun 1918, Jong Java memutuskan menyetujui prinsip untuk mengadakan kerjasama dengan organisasi-organisasi kepemudaan yang lain, dengan maksud memperjuangkan kepentingan Indonesia.
            Dalam kongres Jong Java ke 8 di Bandung 1925-1926 memutuskan lagi tentang persatuan yang dimasukan kedalam anggaran dasar pasal 3, yang setelah kongres berbunyi sebagai berikut :
            “Jong Java bertujuan untuk mepersiapkan anggota-anggotanya untuk membantu pembentukan Jawa Raya dan untuk memupuk rasa kesadaran bersatu dalam diri masyarakat Indonesia seluruhnya demi tercapainya Indonesia Merdeka”
            Semenjak itu, organisasi-organisasi pemuda kedaerahan yang lain serta mahasiswa-mahasiswa Indonesia di Jakarta secara resmi mendirikan Perkumpulan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) sesudah kongres pemuda yang pertama pada tahun 1926.
            Ditambah dengan propaganda-propaganda yang hebat dari Perhimpunan Indonesia di Belanda yang sejak tahun 1925 mendengung-dengungkan persatuan bangsa sebagai syarat utama untuk mencapai sukses dalam perjuangan menggapai kemerdekaan. Kongres Pemuda I pada tanggal 30 April-2 Mei 1926 yang dipimpin oleh M. Tabrani bertujuan untuk :
1.    Memajukan paham persatuan kebangsaan
2.    Mengeratkan hubungan antara semua perkumpulan pemuda kebangsaan
Kongres Pemuda I yang dihadiri oleh wakil-wakil perkumpulan pemuda antara lain Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Roekoen, Jong Islamieten Bond, Studerende Minahasers, Jong Batak, dan Pemuda Kaum Theosofie.
Di dalam kongres tersebut diucapkan pidato-pidato, antara lain berjudul “Indonesia Bersatu” oleh seorang pemuda. Isi “Indonesia Bersatu” antara lain anjuran kepada para pemuda untuk meresapkan cita-cita Indonesia Raya. Dan untuk mencapai Indonesia Raya pemuda harus menjauhkan kepentingan pribadi dan golongan.
Muhammad Yamin juga menyampaikan sebuah pidato tentang “Kemungkinan-kemungkinan untuk bahasa dan kesusasteraan Indonesia  dikemudian hari”. Di situ M. Yamin menganjurkan agar bahasa Melayu dianggap sebagai bahasa bangsa Indonesia. Selain itu juga dibicarakan mengenai agama, yaitu “Kewajiban agama dalam pergerakan kebangsaan”. Isinya adalah anjuran agar bersikap toleran terhadap agama lain.
Walaupun Kongres Pemuda I ini belum berhasil mempersatukan pemuda Indonesia, tetapi pemuda-pemuda tersebut mengakui rasa persatuan Indonesia. Meskipun masih terdapat perbedaan sosial dan kesukuan.  

5.     Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia
Mahasiswa adalah pemuda pelajar yaitu pemuda yang sedang belajar. Pemuda adalah harapan bangsa dan didalam sejarah pergerakan nasional Indonesia, pemuda adalah eksponen perjuangan nasional. Pada umumnya mempunyai sifat gembira, pemberani, dan sering merupakan pelopor dalam perjuangan. Sebagai pemuda yang sedang belajar, mahasiswa mempunyai kesempatan dan tenaga untuk menyelidiki dan kemudian mengetahui keadaan yang sebenarnya.
            Diketahuinya oleh mahasiswa-mahasiswa kenyataan bahwa di Indonesia sebagai tanah jajahan diwaktu itu terdapat pertentangan kepentingan antara kaum penjajah dan rakyat Indonesia. Kaum penjajah memperkuat kedudukannya, untuk mengambil segala hasil alam Indonesia untuk dibawa ke Belanda, sedangkang bangsa Indonesia harus berjuang menentukan nasib sendiri dan menggunakan tanah airnya bagi kepentingan bangsa Indonesia sendiri. Mahasiswa-mahasiswa tersebut menyebutnya pertentangan dengan Antithese Kolonial.
            PPPI berpendapat bahwa antithese kolonial dapat hapus jika penjajahan Belanda juga hapus. Karena itu, bangsa Indonesia harus berjuang untuk menghapuskan penjajahan yang berarti bahwa bangsa Indonesia harus berjuang untuk Indonesia Merdeka. Anggota PPPI harus dididik untuk menjadi pemimpin-pemimpin rakyat yang bertugas menyiapkan Indonesia merdeka. PPPI berpendapat bahwa jiwa kedaerahan harus dilenyapkan karena jiwa kedaerahan hanya akan memperlemah persatuan. Untuk itu, PPPI lebih dahulu mengusahakan adanya persatuan di kalangan pemuda. Tokoh-tokoh PPPI antara lain adalah Sigit, Sugondo, Suwiryo, S. Reksodipuro, Muh. Yamin, AK Gani, Tamzil, Sunarko, Sumanang, Amir Syarifudin.
           
6.     Pemuda Indonesia
            Sesuai dengan program kerja Perhimpunan Indonesia di Belanda, maka beberapa anggota Perhimpunan Indonesia yang telah menyelesaikan belajarnya di Belanda dan pulang ke Indonesia membawa bekal dan instruksi dari Perhimpunan Indonesia untuk memperjuangkan cita-cita Perhimpunan Indonesia seperti keputusan pada tahun 1925. Anggota PI yang pulang pada tahun 1925-1926 antara lain adalah Sartono SH, Sunario SH, Iskak SH, Budiarto SH, Wirjono SH, semuanya adalah ahli hukum.
            Sebagai pemuda Indonesia yang mendapat didikan politik di lingkungan Perhimpunan Indonesia, dan berbekal pedoman-pedoman PI seperti yang diputuskan di tahun 1925, pemuda-pemuda tersebut bergerak dan mulai mendorong didirikannya perkumpulan pemuda atas dasar kebangsan nasional Indonesia. Pendorong atas perkumpulan tersebut antara lain adalah Sartono SH, Sunario SH, Ir Soekarno, Ir Anwari (sebelum mendirikan PNI).
            Perkumpulan yang didirikan pada tanggal 20 Februari 1927 dinamakan Jong Indonesia yang didasarkan pada kebangsaan nasional Indonesia, yang berazaskan kesatuan dan karena itu landasannya adalah unitarisme. Tujuan dari Jong Indonesia adalah memperluas dan memperkuat ide persatuan nasional Indonesia di kalangan pemuda Indonesia.

7.     Kongres Pemuda Indonesia II (27-28 Oktober 1928)
Tahun 1928 merupakan tahun baik bagi bangsa Indonesia. Rasa kebangsaan Indonesia, rasa bahwa orang Sumatera, Sulawesi, Ambon, Madura, Bali, Timor, Sunda, Jawa merupakan satu bangsa yang besar yaitu bangsa Indonesia. Rasa bangga, rasa telah menemukan diri sendiri, rasa memiliki cita-cita tinggi diwaktu itu, yaitu Indonesia Merdeka, yang semuanya adalah hasil propaganda Perhimpunan Indonesia, PPPI, PNI telah mencekam rakyat Indonesia yang pada waktu itu masih dijajah Belanda.
Propaganda yang dilakukan PNI yang menggunakan bahasa Indonesia pada waktu itu sebagai bahasa persatuan bercita-citakan Indonesia merdeka sebagai tanah air bersama untuk bangsa Indonesia yang tidak membede-bedakan suku. Bahasa melayu yang kemudian dinamakan bahasa Indonesia dari tahun ke tahun telah mendesak bahasa Belanda dan bahasa daerah untuk dipakai sebagai pengantar dalam partai-partai, organisasi-organisasi.
Ditambah lagi dengan dibentuknya badan persatuan partai-partai politik PPPKI pada bulan desember 1927 sebagai federasi PNI, PSI, Budi Utomo, Pasundan, Kaum Betawi, Sumatranen Bond dan Studie-studieclub, maka jiwa persatuan pun memenuhi udara politik di tahun 1928. Pada akhirnya dibentuklah dibentuklah Panitia Kongres Pemuda II yang akan mengadakan rapat-rapat terbuka dan ceramah yang menganjurkan dan menguatkan rasa persatuan. Pada bulan Juli 1928 dibentuklah panitia kongres sebagai berikut :
Ketua                         : Soegondo Djojopuspito dari PPPI
Wakil Ketua              : Djoko Marsaid dari Jong Java
Sekretaris                  : Muhammad Yamin dari Jong Sumatranen Bond
Bendahara                : Amir Syarifudin dari Jong Bataks Bond
Pembantu I               : Djohan Muh. Tjai dari Jong Islamieten Bond
Pembantu II              : Kotjosoengkono dari Pemuda Indonesia
Pembantu III             : Senduk dari Jong Celebes
Pembantu IV             : J. Leimena dari Jong Ambon
Pembantu V              : Rohyani dari Pemuda Kaum Betawi
Dalam menghadapi kongres ini, panitia selalu mendapat bantuan dan nasehat-nasehat dari tokoh-tokoh yang lebih tua. Antara lain adalah Sartono, SH; M. Nazif, SH; A.I.Z. Mononutu; dan Sunario, SH; yang kesemuanya adalah kader-kader dari perhimpunan Indonesia. Sedangkan acara dari Kongres Pemuda II adalah sebagai berikut :
KERAPATAN (CONGRES) PEMOEDA PEMOEDI INDONESIA
Di Welteveden (Djakarta)
27-28 Oktober 1928
Rapat Pertama :
27 Oktober 1928, malam Minggu 07.30-11.30 di gedoeng Katholieke Jongelingen Bond, Waterlooplein.
1.    Membuka Kerapatan oleh toean Soegondo.
2.    Menerima salam dan menyoekai kerapatan
3.    Dari hal Persatoean dan Kebangsaan Indonesia, oleh Moeh. Jamin.
Rapat Kedoea :
28 Oktober 1928, hari minggu 08.00-12.00 di Oost Java Bioscoop, Koningsplein Noord. Membitjarakan perkara pendidikan oleh :
Mej. Poernomowoelan
t. S. Mangoensarkoro
t. Djokosarwono
t. Ki Hadjar Dewantoro

            Rapat Ketiga :
28 Oktober 1928 malam Senen 05.30-07.30 di Gedoeng Indonesisch Clubhuis Kramat 106
1.    Arak-arakan Pandoe (Padvinderij)
2.    Dari hal pergerakan Pandoe, oleh T. Ramelan
3.    Pergerakan Pemoeda Indonesia dan Pergerakan Pemoeda di Tanah Loearan, oleh T. Mr. Soenario
4.    Mengambil Kepoetoesan
5.    Menoetoep kerapatan
Yang diundang untuk menghadiri kongres adalah semua perkumpulan pemuda dan mahasiswa serta perkumpulan kaum dewasa atau partai politik. Dalam kongres ini ada 750 tamu undangan yang hadir. Yang terdiri dari wakil-wakil PPPI, Jong Java, Jong Islamieten Bond, Jong Bataks, Jong Cekebes, Jong Ambon, Pemuda Indonesia, Pemuda Kaum Betawi. Dari pihak dewasa, diwakili oleh PNI, PPPKI, Budi Utomo, PAPI, PSI, Indonesische Club, Pasundan dan Persatuan Minahasa. Anggota Dewan Rakyat (Volksraad) yang hadir adalah Suryono dan Sukowati. Wakil Pemerintahan Belanda yang hadir adalah Dr. Pyper, dan Van der Plas. Dari pers yang hadir adalah Saerun wakil dari surat kabar Keng Po, W.R. Supratman. Polisi Belanda hadir dengan menggunakan senjata yang lengkap.
Setelah beberapa kali rapat, akhirnya rapat ketiga menghasilkan suatu keputusan. Keputusan yang sampai saat ini kita sebut sebagai sumpah pemuda. Sebelum dibacakan keputusan tersebut oleh ketua kongres, telah diperdengarkan lagu Indonesia Raya karya W.R. Supratman, tetapi tidak sama liriknya. Setelah lagu Indonesia Raya diperdengarkan, ketua kongres membacakan putusan kongres sebagai berikut.
POETOESAN CONGRES
PEMOEDA PEMOEDI INDONESIA
Kerapatan pemoeda-pemoedi Indonesia diadakan oleh perkoempoelan-perkoempoelan Indonesia jang berdasarkan kebangsaan, dengan namanja Jong Java, Jong Soematra (Pemoeda Soematra), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten Bond, Jong Celebes, Pemoeda Kaum Betawi, dan Perhimpunan Peladjar-Peladjar Indonesia;
Memboeka rapat pada tanggal 27 dan 28 Oktober tahoen 1928 di negeri Djakarta;
Sesoedahnja mendengar pidato-pidato pembitjaraan jang diadakan dalam kerapatan tadi;
Sesoedah menimbang segala isi-isi pidato-pidato dan pembitjaraan ini;
Kerapatan laloe mengambil kepoetoesan :
Pertama         : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA
Kedua                        : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA
Ketiga             : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA
            Setelah mendengar poetoesan ini kerapatan mengeloearkan kejakinan azas ini wadjib dipakai oleh segala perkoempoelan kebangsaan Indonesia.
            Mengeloarkan kejakinan persatoean Indonesia diperkoeat dengan memperhatikan dasar persatoeannja :
            KEMAOEAN
            SEDJARAH
            BAHASA
            HOEKOEM ADAT
            PENDIDIKA DAN KEPANDOEAN
Dan mengeluarkan pengaharapan soepaja poetoesan ini disiarkan dalam segala soerat kabar dan dibatjakan dimoeka rapat perkoempoelan-perkoempoelan.

            Putusan kongres inilah yang kemudian disebut dengan “Sumpah Pemuda” yang akan menjiwai pemuda dan bangsa sepanjang masa. Dengan sumpah pemuda ini, perjuangan pemuda menginjak zaman baru yaitu zaman persatuan bangsa Indonesia, yang konsekuensinya sangat berat. Karena menghadapi berbagai pukulan-pukulan Belanda yang takut dan panic menghadapi persatuan Indonesia.



BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Penjajahan Belanda terhadap Indonesia mengakibatkan penderitaan baik fisik maupun mental. Meskipun telah melakukan perlawanan, perlawanan tersebut masih bersifat kedaerahan. Sehingga perlawanan mudah dipatahkan oleh Belanda. Pergerakan nasional Indonesia yang dicetuskan oleh para pemuda membawa  angin segar untuk persatuan bangsa Indonesia.
Tampilnya pemuda dalam usahanya mempersatukan bangsa merupakan hal yang positif dalam usaha perjuangan mengusir penajajah dari tanah air. Dengan cara membentuk organisasi-organisasi kepemudaan, pelan tapi pasti rasa persatuan bangsa Indonesia mulai muncul dalam diri pemuda Indonesia saat itu. Walaupun mendapat tantangan yang berat dari Belanda, tidaklah membuat hal tersebut goyah dalam dada pemuda. Puncaknya adalah ketika kongres pemuda yang kedua. Putusan rapat tersebut, yang hingga kini disebut sebagai Sumpah Pemuda, yang menjiwai perjuangan pemuda Indonesia sepanjang masa. Semenjak itu, perjuangan bangsa Indonesia bukanlah perjuangan yang kedaerahan lagi seperti dahulu. Tetapi perjuangannya sudah bersifat nasional, yang pastinya mendapat tantangan yang berat berupa pukulan-pukulan dari Belanda.
Walaupun kemerdekaan telah kita rasakan selama 66 tahun, bangsa ini membutuhkan perjuangan-perjuangan pemuda untuk berkarya demi mencapai kemajuan. Dan yang paling penting, untuk menjadi sebuah Negara yang besar, janganlah pernah sekali-kali melupakan sejarah. 



DAFTAR PUSTAKA

45 Tahun Sumpah Pemuda. Jakarta : Yayasan Gedung-Gedung Bersejarah 1973
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Soegondo Djojopuspito Hasil Karya dan Pengabdiannya. Jakarta : CV. Ilham Bangun Karya
Ricklefs, M.C. 1998. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press