BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setelah
tiga ratus tahun dijajah, sejarah mencatat bahwa pemuda memegang peranan
penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Baik secara perseorangan,
maupun secara kelompok. Dalam perjuangan bangsa Indonesia, pemuda adalah orang yang berumur antara 13 –
40 tahun. Dalam perjuangan, semangat dan jiwa mudalah yang dibutuhkan.
Hampir
setiap peristiwa perjuangan dipelopori oleh pemuda. Pemuda mempunyai peranan
penting dalan sejarah di Indonesia. Contohnya adalah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia yang didorong dan digerakan oleh pemuda, Budi Utomo didirikan oleh
pemuda, dan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang isinya adalah
pengakuan bahwa bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu yaitu
Indonesia. Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk membahas
lebih lanjut mengenai peranan pemuda dalam usahanya mempersatukan Indonesia.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang
tersebut, penulis menuliskan rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana keadaan Indonesia selama penjajahan
Belanda?
2.
Apa saja organisasi kepemudaan di Indonesia
selama masa pergerakan?
3.
Apa peranan organisasi-organisasi kepemudaan?
4.
Bagaimana terjadinya Kongres Pemuda I dan
Kongres Pemuda II?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.
Mengetahui perjuangan pemuda dalam usahanya
mencapai persatuan bangsa Indonesia.
2.
Mengetahui organisasi-organisasi yang
dibentuk selama masa pergerakan nasional
3.
Mengetahui usaha-usaha pemuda dalam membentuk
kongres
4.
Mengetahui isi dari sumpah pemuda
BAB
II
PEMBAHASAN
Penjajahan
yang terjadi di bangsa-bangsa Asia dan Afrika menyebabkan anggapan bahwa ras
kulit putih adalah penguasa dunia. Akan tetapi, di awal abad ke 20, anggapan
itu mulai luntur. Setelah Jepang sebagai bangsa kulit berwarna memenangkan
perang melawan Rusia pada tahun 1904-1905, mengakibatkan bangsa-bangsa kulit
berwarna mulai yakin untuk bebas dari penjajahan bangsa-bangsa kulit putih.
Rasa nasionalisme mereka pun menjadi kuat dan membuatnya untuk bangkit terlepas
dari penjajahn bangsa kulit putih.
Begitu
juga yang terjadi di Indonesia. Sejak akhir abad ke 19, sebenarnya Indonesia
sudah mulai bangkit. Sosok Kartini yang mengetahui adanya keburukan dan
keterbelakangan masyarakat mencita-citakan diperbaikinya keadaan bangsa-bangsa
Indonesia. Berikut ini akan dijelaskan gerakan-gerakan dari pemuda untuk
menggapai persatuan bangsa Indonesia demi mengusir penjajah Belanda.
1.
Budi
Utomo
Satu
tahun setelah Rusia dikalahkan oleh Jepang, dokter Wahidin Sudirohusodo telah
mulai mengadakan propaganda untuk perluasan pengajaran di Jawa. Dengan dorongan
dokter Wahidin Sudirohusodo pada tanggal 20 Mei 1908 didirikanlah perkumpulan
Budi Utomo oleh dokter Sutomo sebagai perkumpulan modern pada waktu itu, yaitu
perkumpulan yang mempunyai nama, pengurus, anggota, maksud dan tujuan serta
rencana kerja. Tujuan Budi Utomo adalah kemajuan pengajaran, pertanian,
perdagangan, teknik, industri, dan kebudayaan.
Dengan
didirikannya Budi Utomo pada tahun 1908, maka mulailah zaman baru di Indonesia,
yaitu zaman pergerakan Indonesia. Dan hari lahir Budi Utomo dijadikan sebagai
Hari Kebangkitan Nasional. Bahasa pengantar Budi Utomo adalah bahasa melayu.
Lahirnya Budi Utomo sebagai
suatu perhimpunan politik kebangsaan Indonesia juga disusul dengan berdirinya
partai-partai politik yang lain. Seperti Sarekat Islam, Indische Partij, Partai
Komunis Indonesia, Partai Nasional Indonesia, dan masih banyak lagi. Lahirnya
partai-partai politik tersebut juga diikuti berdirinya perkumpulan-perkumpulan
pemuda di kalangan pelajar. Walaupun organisasi-organisasi pemuda ini masih
bersifat kedaerahan, tetapi semangatnya berkobar-kobar, dan merupakan motor
pergerakan pemuda di saat itu.
2.
Tri
Koro Dharmo
Pada tanggal 7 Maret 1915,
sebuah perkumpulan pelajar yang diberi nama Tri Koro Dharmo didirikan oleh
pelajar sekolah kedokteran. Pendiri Tri Koro Dharmo adalah Satiman, Kadarman,
Sunardi. Tri Koro Dharmo mempunyai arti
“Tiga Tujuan Mulia” yaitu “Menimbulkan pertalian-pertalian antara
murid-murid bumiputera pada sekolah menengah dan kursus pengetahuan kejuruan
menambah pengetahuan bagi anggota-anggotanya dan membangkitkan serta
mempertajam perasaan buat segala bahasan dan kebudayaan. Anggota Tri Koro
Dharmo kebanyakan berasal dari pelajar-pelajar Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Dalam majalah Tri Koro Dharmo tahun ke 1 nomor 3 terbitan bulan Januari 1916 ia
menyatakan bahwa Tri Koro Dharmo adalah sementara, artinya dikemudian hari Tri
Koro Dharmo dapat dirubah menjadi perkumpulan-perkumpulan untuk pemuda
Indonesia umumnya.
Dalam kongresnya yang
pertama di Solo pada tahun 1918, nama Tri Koro Dharmo diubah menjadi Jong Java.
Maksud dari tujuan Jong Java adalah mencita-citakan persatuan Jawa raya dengan
jalan mengadakan suatu ikatan yang baik murid-murid sekolah menengah, berusaha
menambah kepandaian dan menimbulkan cinta akan kebudayaan sendiri. Hal ini
diharapkan pelajar-pelajar lain yang berdasarkan kebudayaan Jawa yang lain,
seperti Sunda, Madura, Bali akan masuk menjadi anggota-anggota Jong Java.
Adapun tujuan dari Jong Java adalah sebagai berikut :
1. Mengadakan
latihan untuk calon-calon pemuka nasional.
2. Memupuk
cinta rasa tanah air harus menjadi dorongan, karena tanah air kekurangan
pimpinan yang cakap.
3. Berusaha
untuk menarik perhatian umum pada perkembangan kebudayaan jawa.
4. Mempertebal
rasa persaudaraan diantara semua suku bangsa Indonesia yang hidup disini.
Jong Java yang didirikan
pada tahun 1918 mendidik ribuan pelajar sebagai kader untuk menjadi pemimpin
rakyat. Jong Java memegang prinsip akan mempersatukan seluruh pelajar
Indonesia. Jong Java dimasa itu merupakan organisasi pemuda pelajar yang
terbesar dan teroganisir dengan baik. Kegiatannya berkisar pada bidang sosial,
kebudayaan dan teori politik, sehingga tidak mendapat rintangan dari
pemerintahan Belanda.
Mengikuti jejak-jejak
pelajar Jawa di Jakarta yang mendirikan perkumpulan Tri Koro Dharmo, maka
pelajar-pelajar Sumatera yang ada di Jakarta di tahun 1917 mendirikan
perkumpulan pemuda yang disebut Jong Sumatranen Bond, dalam bahasa Indonesia
berarti Pemuda Sumatera. Jong Sumatranen Bond memiliki cabang-cabangnya di
Padang dan Bukittinggi.
Setelah
itu pula, banyak didirikan perkumpulan-perkumpulan pemuda kedaerahan. Antara
lain adalah Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Ambon, Sekar Roekoen, Pemuda Kaum
Betawi, Jong Islamieten Bond.
Dalam mencapai sumpah
pemuda, ada dua organisasi pemuda yang mempunyai peranan penting. Yaitu
Perhimpunan Indonesia (PI) dan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI).
Perhimpunan Indonesia yaitu organisasi mahasiswa-mahasiswaIndonesia yang
belajar di Belanda dan berkedudukan di Belanda. Sedangkan Perhimpunan Pelajar
Pelajar Indonesia adalah organisasi mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang belajar
di Jakarta dan Bandung, berkedudukan di Jakarta.
3.
Perhimpunan
Indonesia
Pada
tahun 1908, di negeri Belanda dibentuklah suatu organisasi pelajar
mahasiswa-mahasiswa Indonesia bernama Perhimpunan Indonesia (Indische
Vereniging). Organisasi ini tidak mempunyai tujuan politik. Tetapi perkumpulan
ini mengurus kepentingan-kepentingan orang-orang Indonesia yang ada di negeri
Belanda di masa itu.
Perkumpulan
ini mempunyai arti penting, karena pelajar-pelajar Indonesia dari daerah atau
pulau yang lain datangnya seperti mahasiswa-mahasiswa Minahasa, Ambon, Sunda,
Madura, Jawa Sumatera, datang berkumpul dan saling bertemu di Perhimpunan
Indonesia. Lebih lama, mereka saling bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa dari
daerah yang lain. Sehingga rasa kesukuannya mulai memudar dan timbulah rasa
kebangsaan “Indonesia” tanpa memandang rasa kesukuan. Dengan terbentuknya rasa
nasionalisme di kalangan mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang belajar di Belanda,
ternyata turut menentukan sejarah bangsa Indonesia sesudah zaman itu. Diwaktu
Perang Dunia I hebat-hebatnya, Perhimpunan Indonesia terlihat kesadaran
politiknya. Yaitu pada tulisan majalah mereka yang bernama Hindia Poetra di
tahun 1916. Dengan prinsip bagi bangsa-bangsa terjajah untuk menentukan
nasibnya sendiri (Wilson) berpengaruh baik bagi semangat perjuangan bangsa
Indonesia.
Di
tahun 1917, Indische Vereniging mengadakan gabungan dengan
organisasi-organisasi pelajar Cina dan Belanda yang kemudian akan bekerja di
Indonesia, tetapi kerjasama ini tidak berlangsung lama. Karena
mahasiswa-mahasiswa Indonesia ikut terpengaruh pernyataan dari Presiden Wilson.
Mahasiswa-mahasiswa
yang berasal dari Ambon, Jawa, Sumatera, Manado dan yang lainnya lama kelamaan
merasa berbangsa satu dan bertanah air satu, merasa mendapat dorongan yang kuat
untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia setelah mereka memahami
pernyataan Presiden Wilson tersebut. Semangat mereka menjadi bergelora dan
berkeyakinan bahwa Belanda tidak akan melepaskan begitu saja Indonesia secara
sukarela, dan kerena itu bangsa Indonesia sendirilah yang harus berjuang untuk
mencapai kemerdekaan dan harus mengusir penjajah dari Indonesia.
Pada
tahun 1922, nama Indische Vereniging diubah namanya menjadi Indonesische
Vereniging. Tujuan perjuangan dari Indonesische Vereniging tertulis dalam
majalah Hindia Poetra, yaitu “Mengusahakan suatau pemerintahan untuk Indonesia
yang bertanggungjawab hanya pada rakyat Indonesia semata-mata; bahwa hal yang
demikian itu hanya akan dapat dicapai oleh orang Indonesia sendiri, bukan
dengan pertolongan siapapun juga; bahwa segala jenis perpecahan tenaga haruslah
dihindarkan supaya tujuan itu lekas tercapai”. Pada tahun 1924, terbitlah
majalah Perhimpunan Indonesia, yaitu Indonesia Merdeka, yang kemudian sangat
berpengaruh terhadap perjuangan bangsa Indonesia.
Tokoh
utama dalam Perhimpunan Indonesia pada waktu itu adalah Moh. Hatta, Subardjo,
Sukiman, Sunario, Sartono, Ali Sastroamidjojo, Iskak, Samsi, Budiarto, Moh.
Nazif, Iwa Kusumasumantri, Mononutu, Sutan Sjahrir, Nazir Pamuntjak, dan masih
banyak lagi. Tokoh-tokoh tersebut kemudian memegang peranan penting dalam
perjuangan kemerdekaan nasional, dalam pemerintahan Republik Indonesia merdeka
dan dalam partai-partai politik.
Setelah
itu, Perhimpunan Indonesia melakukan propaganda ke Indonesia dan dunia
Internasional. Propaganda di dunia Internasional bertujuan agar dunia Internasional
mengetahui bahwa bangsa Indonesia juga menghendaki kemerdekaan nasional, dan
menetralisasikan propaganda Belanda yang menyatakan kepada dunia seolah-olah
bangsa Indonesia tidur nyenyak dan tidak berjuang untuk mencapai kemerdekaan. Propaganda
di dunia Internasional menghasilkan bantuan moral dan pemimpin-pemimpin
mahasiswa Indonesia dapat pula mengadakan kerjasama dengan pejuang-pejuang
nasionalis dari India, Vietnam dan Negara-negara terjajah lainnya.
Dalam
propagandanya ke Indonesia, Perhimpunan Indonesia melakukannya dengan
menggunakan majalah perkumpulan yang bernama Indonesia Merdeka, melalui
orang-orang yang pergi bercuti ke Belanda, melalui penghubung-penghubung, dan
melalui mahasiswa-mahasiswa yang menamatkan belajarnya di negeri Belanda dan
pulang ke tanah air. Propaganda-propaganda ini menuai sukses besar sebab
mahasiswa, pemuda-pemuda, kaum terpelajar dan sebagainya banyak dijiwai oleh
cita-cita Perhimpunan Indonesia. Pengaruh nyata terlihat pada perkembangan
pergerakan nasional Indonesia, termasuk pergerakan pemuda-pemuda di tahun-tahun
sesudah 1925.
4.
Kongres
Pemuda Indonesia I (30 April-2 Mei 1926)
Dengan
mulai tumbuhnya rasa nasionalisme yang diawal dari Tri Koro Dharmo (yang
kemudian berganti nama menjadi Jong Java), pemuda-pemuda pelajar mahasiswa
Indonesia bertekad untuk melepaskan Indonesia dari penjajahan Belanda. Hal ini
dibuktikan dengan terbentuknya organisasi-organisasi kepemudaan, walaupun masih
dalam tingkat daerah.
Dalam kongres yang dilakukan pertama kali di
Solo pada tahun 1918, Jong Java memutuskan menyetujui prinsip untuk mengadakan
kerjasama dengan organisasi-organisasi kepemudaan yang lain, dengan maksud
memperjuangkan kepentingan Indonesia.
Dalam
kongres Jong Java ke 8 di Bandung 1925-1926 memutuskan lagi tentang persatuan
yang dimasukan kedalam anggaran dasar pasal 3, yang setelah kongres berbunyi
sebagai berikut :
“Jong
Java bertujuan untuk mepersiapkan anggota-anggotanya untuk membantu pembentukan
Jawa Raya dan untuk memupuk rasa kesadaran bersatu dalam diri masyarakat
Indonesia seluruhnya demi tercapainya Indonesia Merdeka”
Semenjak
itu, organisasi-organisasi pemuda kedaerahan yang lain serta
mahasiswa-mahasiswa Indonesia di Jakarta secara resmi mendirikan Perkumpulan
Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) sesudah kongres pemuda yang pertama pada tahun
1926.
Ditambah
dengan propaganda-propaganda yang hebat dari Perhimpunan Indonesia di Belanda
yang sejak tahun 1925 mendengung-dengungkan persatuan bangsa sebagai syarat
utama untuk mencapai sukses dalam perjuangan menggapai kemerdekaan. Kongres
Pemuda I pada tanggal 30 April-2 Mei 1926 yang dipimpin oleh M. Tabrani
bertujuan untuk :
1.
Memajukan paham persatuan kebangsaan
2.
Mengeratkan hubungan antara semua perkumpulan
pemuda kebangsaan
Kongres Pemuda I yang
dihadiri oleh wakil-wakil perkumpulan pemuda antara lain Jong Java, Jong
Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Roekoen, Jong Islamieten Bond, Studerende
Minahasers, Jong Batak, dan Pemuda Kaum Theosofie.
Di dalam kongres tersebut
diucapkan pidato-pidato, antara lain berjudul “Indonesia Bersatu” oleh seorang
pemuda. Isi “Indonesia Bersatu” antara lain anjuran kepada para pemuda untuk
meresapkan cita-cita Indonesia Raya. Dan untuk mencapai Indonesia Raya pemuda
harus menjauhkan kepentingan pribadi dan golongan.
Muhammad Yamin juga
menyampaikan sebuah pidato tentang “Kemungkinan-kemungkinan untuk bahasa dan
kesusasteraan Indonesia dikemudian
hari”. Di situ M. Yamin menganjurkan agar bahasa Melayu dianggap sebagai bahasa
bangsa Indonesia. Selain itu juga dibicarakan mengenai agama, yaitu “Kewajiban
agama dalam pergerakan kebangsaan”. Isinya adalah anjuran agar bersikap toleran
terhadap agama lain.
Walaupun Kongres Pemuda I
ini belum berhasil mempersatukan pemuda Indonesia, tetapi pemuda-pemuda
tersebut mengakui rasa persatuan Indonesia. Meskipun masih terdapat perbedaan
sosial dan kesukuan.
5.
Perhimpunan
Pelajar-Pelajar Indonesia
Mahasiswa adalah pemuda
pelajar yaitu pemuda yang sedang belajar. Pemuda adalah harapan bangsa dan
didalam sejarah pergerakan nasional Indonesia, pemuda adalah eksponen
perjuangan nasional. Pada umumnya mempunyai sifat gembira, pemberani, dan
sering merupakan pelopor dalam perjuangan. Sebagai pemuda yang sedang belajar,
mahasiswa mempunyai kesempatan dan tenaga untuk menyelidiki dan kemudian mengetahui
keadaan yang sebenarnya.
Diketahuinya
oleh mahasiswa-mahasiswa kenyataan bahwa di Indonesia sebagai tanah jajahan
diwaktu itu terdapat pertentangan kepentingan antara kaum penjajah dan rakyat
Indonesia. Kaum penjajah memperkuat kedudukannya, untuk mengambil segala hasil
alam Indonesia untuk dibawa ke Belanda, sedangkang bangsa Indonesia harus
berjuang menentukan nasib sendiri dan menggunakan tanah airnya bagi kepentingan
bangsa Indonesia sendiri. Mahasiswa-mahasiswa tersebut menyebutnya pertentangan
dengan Antithese Kolonial.
PPPI
berpendapat bahwa antithese kolonial dapat hapus jika penjajahan Belanda juga
hapus. Karena itu, bangsa Indonesia harus berjuang untuk menghapuskan
penjajahan yang berarti bahwa bangsa Indonesia harus berjuang untuk Indonesia
Merdeka. Anggota PPPI harus dididik untuk menjadi pemimpin-pemimpin rakyat yang
bertugas menyiapkan Indonesia merdeka. PPPI berpendapat bahwa jiwa kedaerahan
harus dilenyapkan karena jiwa kedaerahan hanya akan memperlemah persatuan.
Untuk itu, PPPI lebih dahulu mengusahakan adanya persatuan di kalangan pemuda.
Tokoh-tokoh PPPI antara lain adalah Sigit, Sugondo, Suwiryo, S. Reksodipuro,
Muh. Yamin, AK Gani, Tamzil, Sunarko, Sumanang, Amir Syarifudin.
6.
Pemuda
Indonesia
Sesuai
dengan program kerja Perhimpunan Indonesia di Belanda, maka beberapa anggota
Perhimpunan Indonesia yang telah menyelesaikan belajarnya di Belanda dan pulang
ke Indonesia membawa bekal dan instruksi dari Perhimpunan Indonesia untuk
memperjuangkan cita-cita Perhimpunan Indonesia seperti keputusan pada tahun
1925. Anggota PI yang pulang pada tahun 1925-1926 antara lain adalah Sartono
SH, Sunario SH, Iskak SH, Budiarto SH, Wirjono SH, semuanya adalah ahli hukum.
Sebagai
pemuda Indonesia yang mendapat didikan politik di lingkungan Perhimpunan
Indonesia, dan berbekal pedoman-pedoman PI seperti yang diputuskan di tahun
1925, pemuda-pemuda tersebut bergerak dan mulai mendorong didirikannya
perkumpulan pemuda atas dasar kebangsan nasional Indonesia. Pendorong atas
perkumpulan tersebut antara lain adalah Sartono SH, Sunario SH, Ir Soekarno, Ir
Anwari (sebelum mendirikan PNI).
Perkumpulan
yang didirikan pada tanggal 20 Februari 1927 dinamakan Jong Indonesia yang
didasarkan pada kebangsaan nasional Indonesia, yang berazaskan kesatuan dan karena
itu landasannya adalah unitarisme. Tujuan dari Jong Indonesia adalah memperluas
dan memperkuat ide persatuan nasional Indonesia di kalangan pemuda Indonesia.
7.
Kongres
Pemuda Indonesia II (27-28 Oktober 1928)
Tahun 1928 merupakan tahun
baik bagi bangsa Indonesia. Rasa kebangsaan Indonesia, rasa bahwa orang
Sumatera, Sulawesi, Ambon, Madura, Bali, Timor, Sunda, Jawa merupakan satu
bangsa yang besar yaitu bangsa Indonesia. Rasa bangga, rasa telah menemukan
diri sendiri, rasa memiliki cita-cita tinggi diwaktu itu, yaitu Indonesia
Merdeka, yang semuanya adalah hasil propaganda Perhimpunan Indonesia, PPPI, PNI
telah mencekam rakyat Indonesia yang pada waktu itu masih dijajah Belanda.
Propaganda yang dilakukan
PNI yang menggunakan bahasa Indonesia pada waktu itu sebagai bahasa persatuan
bercita-citakan Indonesia merdeka sebagai tanah air bersama untuk bangsa
Indonesia yang tidak membede-bedakan suku. Bahasa melayu yang kemudian
dinamakan bahasa Indonesia dari tahun ke tahun telah mendesak bahasa Belanda dan
bahasa daerah untuk dipakai sebagai pengantar dalam partai-partai,
organisasi-organisasi.
Ditambah lagi dengan
dibentuknya badan persatuan partai-partai politik PPPKI pada bulan desember
1927 sebagai federasi PNI, PSI, Budi Utomo, Pasundan, Kaum Betawi, Sumatranen
Bond dan Studie-studieclub, maka jiwa persatuan pun memenuhi udara politik di
tahun 1928. Pada akhirnya dibentuklah dibentuklah Panitia Kongres Pemuda II
yang akan mengadakan rapat-rapat terbuka dan ceramah yang menganjurkan dan
menguatkan rasa persatuan. Pada bulan Juli 1928 dibentuklah panitia kongres
sebagai berikut :
Ketua : Soegondo Djojopuspito dari PPPI
Wakil Ketua : Djoko Marsaid dari Jong Java
Sekretaris : Muhammad Yamin dari Jong
Sumatranen Bond
Bendahara : Amir Syarifudin dari Jong
Bataks Bond
Pembantu I : Djohan Muh. Tjai dari Jong
Islamieten Bond
Pembantu II : Kotjosoengkono dari Pemuda
Indonesia
Pembantu III : Senduk dari Jong Celebes
Pembantu IV : J. Leimena dari Jong Ambon
Pembantu V : Rohyani dari Pemuda Kaum Betawi
Dalam menghadapi kongres
ini, panitia selalu mendapat bantuan dan nasehat-nasehat dari tokoh-tokoh yang
lebih tua. Antara lain adalah Sartono, SH; M. Nazif, SH; A.I.Z. Mononutu; dan Sunario,
SH; yang kesemuanya adalah kader-kader dari perhimpunan Indonesia. Sedangkan
acara dari Kongres Pemuda II adalah sebagai berikut :
KERAPATAN
(CONGRES) PEMOEDA PEMOEDI INDONESIA
Di
Welteveden (Djakarta)
27-28
Oktober 1928
Rapat
Pertama :
27 Oktober 1928, malam
Minggu 07.30-11.30 di gedoeng Katholieke Jongelingen Bond, Waterlooplein.
1. Membuka
Kerapatan oleh toean Soegondo.
2. Menerima
salam dan menyoekai kerapatan
3. Dari
hal Persatoean dan Kebangsaan Indonesia, oleh Moeh. Jamin.
Rapat Kedoea :
28
Oktober 1928, hari minggu 08.00-12.00 di Oost Java Bioscoop, Koningsplein
Noord. Membitjarakan perkara pendidikan oleh :
Mej. Poernomowoelan
t. S. Mangoensarkoro
t. Djokosarwono
t. Ki Hadjar Dewantoro
Rapat Ketiga :
28 Oktober 1928 malam Senen 05.30-07.30 di Gedoeng
Indonesisch Clubhuis Kramat 106
1. Arak-arakan
Pandoe (Padvinderij)
2. Dari
hal pergerakan Pandoe, oleh T. Ramelan
3. Pergerakan
Pemoeda Indonesia dan Pergerakan Pemoeda di Tanah Loearan, oleh T. Mr. Soenario
4. Mengambil
Kepoetoesan
5. Menoetoep
kerapatan
Yang diundang untuk
menghadiri kongres adalah semua perkumpulan pemuda dan mahasiswa serta
perkumpulan kaum dewasa atau partai politik. Dalam kongres ini ada 750 tamu
undangan yang hadir. Yang terdiri dari wakil-wakil PPPI, Jong Java, Jong
Islamieten Bond, Jong Bataks, Jong Cekebes, Jong Ambon, Pemuda Indonesia,
Pemuda Kaum Betawi. Dari pihak dewasa, diwakili oleh PNI, PPPKI, Budi Utomo,
PAPI, PSI, Indonesische Club, Pasundan dan Persatuan Minahasa. Anggota Dewan
Rakyat (Volksraad) yang hadir adalah Suryono dan Sukowati. Wakil Pemerintahan
Belanda yang hadir adalah Dr. Pyper, dan Van der Plas. Dari pers yang hadir
adalah Saerun wakil dari surat kabar Keng Po, W.R. Supratman. Polisi Belanda hadir
dengan menggunakan senjata yang lengkap.
Setelah beberapa kali rapat,
akhirnya rapat ketiga menghasilkan suatu keputusan. Keputusan yang sampai saat
ini kita sebut sebagai sumpah pemuda. Sebelum dibacakan keputusan tersebut oleh
ketua kongres, telah diperdengarkan lagu Indonesia Raya karya W.R. Supratman,
tetapi tidak sama liriknya. Setelah lagu Indonesia Raya diperdengarkan, ketua
kongres membacakan putusan kongres sebagai berikut.
POETOESAN CONGRES
PEMOEDA PEMOEDI INDONESIA
Kerapatan pemoeda-pemoedi
Indonesia diadakan oleh perkoempoelan-perkoempoelan Indonesia jang berdasarkan
kebangsaan, dengan namanja Jong Java, Jong Soematra (Pemoeda Soematra), Pemoeda
Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten Bond, Jong Celebes, Pemoeda Kaum
Betawi, dan Perhimpunan Peladjar-Peladjar Indonesia;
Memboeka rapat pada tanggal
27 dan 28 Oktober tahoen 1928 di negeri Djakarta;
Sesoedahnja mendengar
pidato-pidato pembitjaraan jang diadakan dalam kerapatan tadi;
Sesoedah menimbang segala
isi-isi pidato-pidato dan pembitjaraan ini;
Kerapatan laloe mengambil
kepoetoesan :
Pertama :
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH
INDONESIA
Kedua :
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA
INDONESIA
Ketiga :
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA
INDONESIA
Setelah
mendengar poetoesan ini kerapatan mengeloearkan kejakinan azas ini wadjib
dipakai oleh segala perkoempoelan kebangsaan Indonesia.
Mengeloarkan
kejakinan persatoean Indonesia diperkoeat dengan memperhatikan dasar
persatoeannja :
KEMAOEAN
SEDJARAH
BAHASA
HOEKOEM
ADAT
PENDIDIKA
DAN KEPANDOEAN
Dan mengeluarkan pengaharapan soepaja
poetoesan ini disiarkan dalam segala soerat kabar dan dibatjakan dimoeka rapat
perkoempoelan-perkoempoelan.
Putusan
kongres inilah yang kemudian disebut dengan “Sumpah Pemuda” yang akan menjiwai
pemuda dan bangsa sepanjang masa. Dengan sumpah pemuda ini, perjuangan pemuda
menginjak zaman baru yaitu zaman persatuan bangsa Indonesia, yang
konsekuensinya sangat berat. Karena menghadapi berbagai pukulan-pukulan Belanda
yang takut dan panic menghadapi persatuan Indonesia.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penjajahan
Belanda terhadap Indonesia mengakibatkan penderitaan baik fisik maupun mental.
Meskipun telah melakukan perlawanan, perlawanan tersebut masih bersifat
kedaerahan. Sehingga perlawanan mudah dipatahkan oleh Belanda. Pergerakan
nasional Indonesia yang dicetuskan oleh para pemuda membawa angin segar untuk persatuan bangsa Indonesia.
Tampilnya
pemuda dalam usahanya mempersatukan bangsa merupakan hal yang positif dalam usaha
perjuangan mengusir penajajah dari tanah air. Dengan cara membentuk
organisasi-organisasi kepemudaan, pelan tapi pasti rasa persatuan bangsa
Indonesia mulai muncul dalam diri pemuda Indonesia saat itu. Walaupun mendapat
tantangan yang berat dari Belanda, tidaklah membuat hal tersebut goyah dalam
dada pemuda. Puncaknya adalah ketika kongres pemuda yang kedua. Putusan rapat
tersebut, yang hingga kini disebut sebagai Sumpah Pemuda, yang menjiwai
perjuangan pemuda Indonesia sepanjang masa. Semenjak itu, perjuangan bangsa
Indonesia bukanlah perjuangan yang kedaerahan lagi seperti dahulu. Tetapi
perjuangannya sudah bersifat nasional, yang pastinya mendapat tantangan yang
berat berupa pukulan-pukulan dari Belanda.
Walaupun
kemerdekaan telah kita rasakan selama 66 tahun, bangsa ini membutuhkan
perjuangan-perjuangan pemuda untuk berkarya demi mencapai kemajuan. Dan yang
paling penting, untuk menjadi sebuah Negara yang besar, janganlah pernah sekali-kali
melupakan sejarah.
DAFTAR
PUSTAKA
45
Tahun Sumpah Pemuda. Jakarta : Yayasan Gedung-Gedung
Bersejarah 1973
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Soegondo Djojopuspito Hasil Karya dan
Pengabdiannya. Jakarta : CV. Ilham Bangun Karya
Ricklefs, M.C. 1998. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press